LEGENDA RINGIN SIRAH,KISAH MALING GENTHIRI PEMILIK RAWA RONTEK

Menurut kisah "wong tuwo-tuwo mbiyen" (orang tua-tua dahulu), di lapangan itulah makam seorang figur legendaris Kediri berjuluk "Maling Gentiri". Maling Gentiri memang sosok maling bijaksana di zaman Kediri kuno. Maling Gentiri adalahtokoh pencuri yang mempunyai kesaktian "sundul langit" alias digdaya mandraguna. Tapi karir Maling Gentiri dibidang mencuri, bukan semata-mata demi kepentingannya sendiri, tetapi hasilnya diberikan pada penduduk miskin. Ia merampok harta orang kaya, lalu diserahkan pada orang "kere" (miskin).



Tentunya kiprah Maling Gentiri ini digemari oleh orang kurang mampu dan dibenci orang kaya (konglomerat) masa-masa itu. Para konglomerat berupaya sekuat tenaga menciduk hidup-hidup atau mati Maling Gentiri. Merekapun menjadikan Maling Gentiri sebagai buronan yang sangat dicari. Akan namun kesaktian Maling Gentiri menciptakan para konglomerat tersebut "keder" (takut). Karena meskipun Maling Gentiri berkali-kali tertangkap, tidak pernah dapat dibunuh/mati. Maklumlah saja, Maling Gentiri mempunyai aji pancasona, suatu ilmu kadigdayan yang memungkinkan pemiliknya hidup kembali walau berkali-kali dibunuh, dengan kriteria raganya tetap menyatu dan darahnya tidak menyentuh tanah.

Singkat cerita, semua konglomerat yang hendak menamatkan riwayat Maling Gentiri, akhirnya mengejar titik kekurangan sang pendekar. Ketika Maling Gentiri tertangkap guna kesekian kalinya, tubuh pencuri bijaksana itu kemudian dipotong-potong dan dikubur terpisah di sejumlah tempat guna menghindari dia hidup kembali. Dan unsur kepalanya itulah, yang dipercayai warga Kediri dikubur di area Lapangan Joyoboyo dibawah pohon beringin. Sehingga area ini dinamakan Ringinsirah. Ringin berarti Pohon Beringin, sementara Sirah ialah kepala manusia.

Sampai kini ini pun, kawasan tersebut masih diandalkan  sebagai area yang "wingit" (angker). Sehingga walau telah bersentuhan dengan suasana canggih lingkungan sekitarnya, namun kawasan tersebut tetap dikeramatkan oleh sebagian penduduk Kediri dan menjadi pesona tersendiri untuk mereka.

Itulah sedikit kisah Kediri kuno tentang Ringin Sirah yang mulai asing untuk kita sebagai penduduk Kediri.

Ki Boncolono (maling genthiri)

Dahulu kala, d ijaman penjajahan Belanda. Masyarakat Kediri hidup dalam kemiskinan dan ketertindasan. Perkonomian dikuasai oleh Belanda dan diperlakukan pajak yang tidak masuk akal. Hasil buminya tidak jarang kali dirampas andai tidak inginkan bayar pajak . Untuk santap saja mereka mesti membeli untuk Belanda. Padahal tersebut hasil jerih payah mereka sendiri. Hal ini menggugah hati Ki Boncolono. Dia marah menyaksikan kelakuan semua meneer, ketidak adilan sudah mengusik hati Ki Boncolono. Dengan kesaktiannya ditolong oleh Tumenggung Mojoroto dan Tumenggung Poncolono beserta murid-muridnya yang pasti saja sakti-sakti, dia merampok harta semua pejabat Belanda. Hasilnya dia bagikan untuk rakyat jelata, Sungguh mulia...... Kontan namanya menjadi harum di kalangan masyarakat....dia ditakuti tapi pun dikagumi dan senantiasa dirindukan tunggu kedatangannya.

Belanda merasa geram dan marah. Segala upaya mereka kerahkan guna meringkus Boncolono. Tetapi usahanya tidak jarang kali gagal. Setiap terkepung, Boncolono melulu merapatkan diri pada di antara tiang atau tembok atau pohon dan hilanglah dia. Biarpun ditembak dibunuh diapain pun Ki Boncolono tidak dapat mati, dia dapat hidup lagi saat tubuhnya menyentuh tanah. Belanda Jengkel dan memakai kekuatan "uangnya" guna meringkus Boncolono. Belanda menyelenggarakan sayembara dengan hadiah yang paling besar untuk menciduk atau membunuh Ki Boncolono. Beberapa orang yang tahu kekurangan ilmu Boncolono mendatangai Belanda. Mereka memberi tahu pada semua meneer tersebut kalau Boncolono mesti dipenggal, kepala dan tubuhnya mesti terpisah dan dikuburkan pada lokasi yang terpisahkan oleh sungai.

Akhirnya setelah menciptakan rencana dengan pertolongan pendekar pribumi, Belanda melaksanakannya dengan cermat. Dan seperti cerita heroik lainnya, Boncolono tertangkap. dengan bantuan, pendekar Pribumi..... dan....Boncolono tewas.

Sebelum dia hidup lagi, tubuhnya dicukur jadi dua. Bagian bawahnya di kubur di bukit Maskumambang. Sedangkan unsur atasnya (kepalanya) di kubur di "Ringin Sirah", desa Banjaran. Kalau bukit Maskumambang terletak di barat sungai Brantas, maka Ringin Sirah terletak di unsur timur sungai Brantas. Di puncak bukit Maskumambang di samping makamnya Ki Boncolono terdapat pun dua buah makam lagi yakni makamnya Tumenggung Mojoroto dan makamnya Tumenggung Poncolono, tetapi herannya ketiga makam itu ukurannya paling panjang barangkali lebih dari dua meter.