LEGENDA PERTARUNGAN KEBO KICAK DAN SEJARAH JOMBANG

Asal usul terjadinya Kabupaten Jombang tidak terlepas dari legenda pertarungan Kebo Kicak dan Surontanu. Wilayah pertarungan dua insan sakti tersebut diandalkan  sebagai wilayah yang kini kita kenal sebagai Kabupaten Jombang.


SEJARAH KEBO KICAK
Siapakah Kebo Kicak? Mengapa namanya menjadi demikian aneh?

Terdapat tidak sedikit versi legenda yang beredar di masyarakat yang menceritakan cerita Kebo Kicak. Salah satu legenda yang beredar di kalangan kisah dari mulut ke mulut mengaku bahwa sebab sifatnya yang durhaka untuk orang tua, maka Kebo Kicak dikutuk oleh orang tuanya sampai-sampai mempunyai kepala kebo (kerbau). Dengan demikian hadir sebutan Kebo Kicak.

Setelah dikutuk mempunyai kepala kerbau dengan tetap berbadan manusia, Kebo Kicak berguru untuk seorang kyai yang digdaya mandraguna. Setelah bertahun-tahun belajar pada kyai tersebut, kesudahannya Kebo Kicak juga menjadi orang yang sholeh dan sadar bakal kesalahannya di masa lalu. Kebo Kicak memiliki keterampilan yang luar biasa, baik dari sisi agama maupun kesaktian.

SEJARAH SURONTANU
Siapa pula Surontanu? Apakah hubungannya dengan Kebo Kicak?

Pada masa itu, di suatu kadipaten Kerajaan Majapahit yang besok disebut Kabupaten Jombang, ada seorang perampok yang sakti mempunyai nama Surontanu. Surontanu ialah penjahat nomor satu dan sangat ditakuti oleh masyarakat yang tinggal di dekat Jombang. Tidak terdapat satu juga orang yang dapat menangkap Surontanu.

Alkisah, Kebo Kicak mendengar terjadinya huru-hara di masyarakat lantas diperintahkan oleh gurunya untuk memberantas angkara murka. Kebo Kicak turun gunung guna menghentikan durjana Kebo Kicak. Setelah petualangan sejumlah hari, Kebo Kicak sukses menemukan Surontanu dan dua-duanya beradu ilmu kesaktian.

Pertarungan tersebut dilangsungkan lama sekali sampai-sampai Surontanu tersudut dan kesudahannya melarikan diri. Dan sampailah pelarian Surontanu ke suatu rawa yang terdapat tidak sedikit sekali tumbuhan tebu. Akhirnya Surontanu dengan kesaktiannya sukses masuk ke dalam rawa tebu. Kebo Kicak juga menyusul dan masuk ke dalam rawa yang terletak di distrik Jombang sekarang.

Baik Surontanu maupun Kebo Kicak yang masuk ke dalam rawa tebu tidak pernah pulang lagi sampai sekarang. Entah apa yang terjadi dengan mereka berdua, sampai sekarang jasad maupun makam mereka berdua tidak pernah ditemukan oleh masyarakat.

VERSI LAIN ASAL USUL TERJADINYA KABUPATEN JOMBANG

Dari sejumlah cerita mengenai Kebo Kicak memang masih tidak sedikit versi beda yang mengungkapkannya. Salah satu versi menceritakan bahwa Kebo Kicak ialah sosok ksatria dan berani mengobrak-abrik Kerajaan Majapahit untuk menggali ayah kandungnya yang mempunyai nama Patih Pangulang Jagad.

Setelah Kebo Kicak bertemu Patih Pangulang Jagad, sang ayah mengemukakan syarat supaya Kebo Kicak mengindikasikan bukti bahwa dia benar-benar anaknya. Pembuktian dilaksanakan dengan mengusung batu hitam di sungai Brantas sampai-sampai Kebo Kicak mesti berduel dengan Bajul Ijo. Sesudah sukses membuktikan bahwa dirinya anak kandung Patih Pangulang Jagad, maka Kebo Kicak diberi wewenang menjadi penguasa distrik Barat.

Namun sepak terjang Kebo Kicak tidak hingga disitu. Ambisi kekuasaannya yang tinggi menciptakan dia rela bertarung dengan saudara seperguruannya, Surantanu. Kebo Kicak berduel dengan Surantanu sebab memperebutkan pusaka banteng yang sudah dinyatakan sebagai kepunyaan Surantanu.

Lokasi pertarungan Kebo Kicak dan Surantanu berpindah-pindah. Sebagian besar distrik pertarungan mereka lantas diabadikan menjadi nama daerah. Konon ceritanya, peperangan dua saudara tersebut dilangsungkan dengan dahsyat. Keduanya saling beradu kesaktian sampai memunculkan cahaya ijo (hijau) dan abang (merah). Dari penggabungan kata ijo dan abang inilah hadir sebutan distrik Jombang.

Dari dua versi asal usul terjadinya Kabupaten Jombang di atas, masyarakat lebih tidak sedikit yang percaya untuk versi kedua, yakni pertarungan Kebo Kicak dan Surantanu yang menghasilkan cahaya ijo dan abang. Akronim kata ijo dan abang mencetuskan sebutan jombang. Demikian kisah asal usul kabupaten Jombang. Semoga dapat memperkaya wawasan kita dalam mempelajari kebudayaan Indonesia.

Situs Gua Made atau disebut pun Situs Kedung Watu terletak di Dukuh Kedung Watu, Desa Made, Kecamatan Ngusikan. Dulunya Desa Made tergolong dalam distrik Kecamatan Kudu, tetapi semenjak terdapat pengembangan kecamatan di Kabupaten Jombang pada tahun 2008, Desa Made sekarang masuk dalam distrik Kecamatan Ngusikan. Situs Kedung Watu berada di area Petak 16 D, BKPH Tapen, Bagian Hutan Mantup, KPH Mojokerto, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Lokasinya terletak pada 07°24’07,3” LS dan 112°19’05,7” BT.

Penemuan Situs Gua Made bermula dari pekerjaan penambangan emas binal yang dilaksanakan oleh warga pada tahun 1982. Mereka tidak sengaja mengejar ruangan bawah tanah yang lantas disebut dengan gua bawah tanah. Pada tahun 1992/1993, tempat ini ditinjau oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur (menjadi BP3 dan sekarang menjadi BPCB). Pada tahun 2001, peneliti asal Italia mengerjakan pendataan (dokumentasi foto) yang didampingi oleh petugas dari Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Kegiatan ini menulis adanya temuan struktur bata di 3 lubang dan sejumlah temuan lepas laksana fragmen gerabah, keramik asing, kerang, dan kerak perunggu. Tim Puslitarkenas dan BP3 Jatim pada tahun 2006 mengerjakan survei permukaan dan mengejar fragmen gerabah, keramik, celupak, gandik, bandul jala, dan fosil kerang.

Berdasarkan Mitos yang berkembang, Situs Gua Made diandalkan  sebagai lokasi persembunyian Maling Cluring. Maling Cluring ialah pencuri yang menculik harta orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin.

Prasasti Tengaran disebut pun Prasasti Geweg secara administratif terletak di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan, Jombang. Letak prasasti ini masih insitu (berada pada posisinya semula). Saat ini wilayah di dekat prasasti ini berada adalahareal persawahan. Rute untuk mengarah ke Prasati Tengaran sebagai berikut: Jombang – Jl. Gus Dur – Jl. Soekarno Hatta – belok ke arah Terminal Jombang – perempatan terminal lurus ke unsur utara mentok belok kiri – pertigaan belok kanan lurus ikuti jalan – Desa Tengaran.

Prasasti Tengaran tercipta dari batu andesit dengan tinggi 124 cm dan lebar 78 cm. Ditulis dengan aksara Jawa kuno dalam bahasa Jawa kuno. Tersusun menjadi 7 baris pada sisi A dan 16 baris pada sisi B.


Prasasti Tengaran disebut pun Prasasti Geweg sebab prasasti ini memuat mengenai penetapan Desa Geweg sebagai sima. Desa Geweg adalahdesa kuno, kini masuk dalam distrik Desa Tengaran. Penetapan sima dilaksanakan pada tanggal 6 Paropeteng bulan Srawana tahun 857 Saka (14 Agustus 935M) oleh Mahamantri pu Sindok san srisanotunggadewa bersamarakyan sri parameswari sri wardhani Kbi umisori. Pu Sindok adalahraja Medang (Mataram Kuno) periode Jawa Timur, sedangakan Kbi diperkirakan adalahpermaisurinya.