Ritual mandi 7 air suci Majapahit yang konon dipercaya dapat buang sial.
1. Air Suci Ujung Galuh, Pantai Kenjeran
Dalam proses mengemban ritual siraman melepas kesialan, tahapan yang kesatu kali dilakukan ialah mempersiapkan air kelapa yang bersumber dan diperoleh dari Ujung Galuh Pantai Kenjeran, Surabaya. Ini mesti dan mesti dilaksanakan paling utama sebelum mengoleksi air-air suci lainnya.
Sebab Air suci yang berasal dari Ujung Galuh pantai Kenjeran ini diandalkan dan dipercayai sebagai pintu masuk ke Keraton Majapahit. Air kelapa kan bersumber dari sari-sari bumi yang naik ke atas, jadi dapat dipastikan tidak terdapat kotorannya sama sekali, itulah sebabnya dinamakan air suci.
Saya memungut sendiri dan jangan sama sekali jatuh ke tanah, menurut keterangan dari penjelasan Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek sesudah usai menggelar acara Ruwat Sukerta 1949 Saka.
2. Air Kembang Pantai Ngobaran, Gunung Kidul
Air suci ke dua, menurut keterangan dari Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek yaitu dipungut dari Pantai Ngobaran, Gunung Kidul yang bertempat di Yogyakarta dan Petirtaan Panglukan di Bali. Cara mendapatkan dua-duanya agak susah sebab diperlukan ritual eksklusif untuk memungut air laut yang tawar itu. Alasannya, kedua tempat itu diandalkan dan dipercayai sebagai lokasi bertapa Raja Brawijaya di waktu hidup jaman beliau.
‘Ada ritualnya berupa doa, kembang, menyeluruh dengan sesaji, yang kesatu kali dilakukan ialah kami bakal permisi ke arwah semua leluhur di dekat situ, mengambilnya juga ada tata kramanya jangan sembarangan, mesti menggunakan gayung. Di lokasi tersebut pada jaman dahulu kala Raja Brawijaya tidak jarang kali bertapa saat waktunya mendarat untuk menyerahkan tahta untuk anaknya,’ menurut keterangan dari Mangku Kadek.
3. Air Hujan yang Pertama Turun sesudah Musim Kemarau
Ritual mandi air suci majapahit yang dipercaya dapat buang sial ketiga ialah berasal dari air hujan, dengan kriteria air hujan yang kesatu kali turun sesudah musim kemarau. Berdasarkan keterangan dari penjelasan Mangku Kadek bahwa air hujan disucikan sebab dirasakan sebagai rajanya air di muka bumi.
‘Air hujan ialah rajanya air atau Tirta Nata, guna melebur kotoran dalam tubuh mesti gunakan rajanya air. Kita ambil air kesatu hujan di Malang kemarin, anda tampung dengan ember,’ tambahnya.
4. Air Tetesan Embun
Jenis air suci ke 4 yang dipakai untuk ritual Ruwat Sukerta ialah air embun. Tetesan embun pagi itu dikoleksi dari website Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan, serta dari Situs Tempuran di Kecamatan Puri, Mojokerto.
‘Air embun, anda ambil sesudah subuh, selama satu minggu lamanya guna menampung cucuran embun di website Sumur Upas dan Situs Tempuran, di situs tersebut ada prasasti Raja Terakhir Majapahit, Giri Swardana Dyah Surya Wikrama atau Bhre Wengker yang didarmakan di tempat tersebut, tempat tersebut juga dinamakan rumah semua raja,’ ungkapnya.
5. Air Ritual Desa Tempuran
Air suci lainnya berasal dari Sumber Tempur yang juga bertempat di Desa Tempuran, Kecamatan Puri. Sumber Tempur ini dirasakan suci karena menjadi pertemuan antara Sendang Wadon dengan Sumber Kates.
6. Air Sendang Dewi Kunti di Gunung Arjuna
Air suci ke enam ialah yang berasal dari air sendang. Air ini langsung kami ambil sendiri dari sumbernya yaitu Sendang Dewi Kunti di Gunung Arjuna Malang, lokasi ini konon pada jaman kuno dahalu kala ialah tempat semua Dewa berdoa, ‘jelasnya.
7. Sumber mata Air Trowulan
Sedangkan air suci ke 7 dipungut dari 7 sumber mata air di Trowulan. Antara beda dari Siti Inggil, Petirtaan Hayam Wuruk, Tribuwana Tungga Dewi, Makam Panjang, Putri Campa, Sumur Sakti Gajah Mada, dan mata air dari Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan.
‘Ketujuh air suci tersebut kami campur menjadi satu guna ritual Ruwat Sukerta ini. Tujuannya agar yang diruwat pada bulan Suro ini benar-benar bersih jiwanya,’ tandas Kadek.
Dari tahun ke tahun, Ruwat Sukerta yang rutin dilangsungkan setiap mula Bulan Suro di Pendopo Agung, Trowulan ini semakin diminati. Jika tahun kemudian jumlah peserta melulu 56 orang, kali ini peserta menjangkau 150 orang. Di samping dari Mojokerto sendiri, mereka datang dari sejumlah daerah. Mulai dari Jombang, Kediri, Nganjuk, Sidoarjo, sampai Surabaya.
Untuk mengekor ritual Ruwat Sukerta ini, peserta tak butuh membayar. Hanya saja, masing-masing peserta diharuskan membawa sehelai kain putih. Secara bergiliran, peserta mulai dari anak kecil sampai orang dewasa berbalut kain putih diguyur dengan air suci yang dibaur dengan kembang setaman. Setelah itu, sejumlah helai rambut peserta dicukur dan didoakan oleh seorang sesepuh Trowulan.
Lantas apa yang mendorong semua peserta mengekor ritual ini dan apa saja asa mereka?
‘Kebetulan saya anak tunggal, dalam adat Jawa mesti diruwat agar mendapat keselamatan dan tidak sedikit riski,’ kata Nandya Paramita (24), salah seorang peserta asal Surabaya.
Hal senada disebutkan Listyowati (36), asal Kecamatan Mojoagung, Jombang. Ibu satu anak ini menyatakan ikut Ruwat Sukerta karena merasa kerap merasakan hambatan dalam usahanya. ‘Semoga dengan ritual ini, usaha saya diberi kelancaran dan tidak sedikit riski,’ ujarnya.
Sesudah mengerjakan ritual siraman air kembang, prosesi Ruwat Sukerta dilanjutkan dengan pagelaran Wayang Kulit di dalam Pendopo Agung. Setelah acara berakhir, masing-masing peserta diharuskan melarung kain putih yang digunakan saat siraman ke Sungai Brantas atau sungai lainnya. Hal itu diandalkan konon sebagai tanda melepas nasib sial.
Gimana, Seru Bukan? Menapaki jejak kebudayaan negeri anda Indonesia tersayang ini, tidak sedikit hal-hal mengherankan dan menarik dari masing-masing adat khas masyarakat pribumi kepulauan yang pastinya belum anda ketahui semua. Untuk kamu yang asli penduduk Mojokerto tentu telah tidak asing dengan ritual mandi 7 air suci Majapahit yang dipercayai dan dipercaya dapat membuang kesialan hidup yang anda alami. Semoga informasi ini dapat meningkatkan wawasan pengetahuan anda.
1. Air Suci Ujung Galuh, Pantai Kenjeran
Dalam proses mengemban ritual siraman melepas kesialan, tahapan yang kesatu kali dilakukan ialah mempersiapkan air kelapa yang bersumber dan diperoleh dari Ujung Galuh Pantai Kenjeran, Surabaya. Ini mesti dan mesti dilaksanakan paling utama sebelum mengoleksi air-air suci lainnya.
Sebab Air suci yang berasal dari Ujung Galuh pantai Kenjeran ini diandalkan dan dipercayai sebagai pintu masuk ke Keraton Majapahit. Air kelapa kan bersumber dari sari-sari bumi yang naik ke atas, jadi dapat dipastikan tidak terdapat kotorannya sama sekali, itulah sebabnya dinamakan air suci.
Saya memungut sendiri dan jangan sama sekali jatuh ke tanah, menurut keterangan dari penjelasan Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek sesudah usai menggelar acara Ruwat Sukerta 1949 Saka.
2. Air Kembang Pantai Ngobaran, Gunung Kidul
Air suci ke dua, menurut keterangan dari Ki Wiro Kadek Wongso Jumerek yaitu dipungut dari Pantai Ngobaran, Gunung Kidul yang bertempat di Yogyakarta dan Petirtaan Panglukan di Bali. Cara mendapatkan dua-duanya agak susah sebab diperlukan ritual eksklusif untuk memungut air laut yang tawar itu. Alasannya, kedua tempat itu diandalkan dan dipercayai sebagai lokasi bertapa Raja Brawijaya di waktu hidup jaman beliau.
‘Ada ritualnya berupa doa, kembang, menyeluruh dengan sesaji, yang kesatu kali dilakukan ialah kami bakal permisi ke arwah semua leluhur di dekat situ, mengambilnya juga ada tata kramanya jangan sembarangan, mesti menggunakan gayung. Di lokasi tersebut pada jaman dahulu kala Raja Brawijaya tidak jarang kali bertapa saat waktunya mendarat untuk menyerahkan tahta untuk anaknya,’ menurut keterangan dari Mangku Kadek.
3. Air Hujan yang Pertama Turun sesudah Musim Kemarau
Ritual mandi air suci majapahit yang dipercaya dapat buang sial ketiga ialah berasal dari air hujan, dengan kriteria air hujan yang kesatu kali turun sesudah musim kemarau. Berdasarkan keterangan dari penjelasan Mangku Kadek bahwa air hujan disucikan sebab dirasakan sebagai rajanya air di muka bumi.
‘Air hujan ialah rajanya air atau Tirta Nata, guna melebur kotoran dalam tubuh mesti gunakan rajanya air. Kita ambil air kesatu hujan di Malang kemarin, anda tampung dengan ember,’ tambahnya.
4. Air Tetesan Embun
Jenis air suci ke 4 yang dipakai untuk ritual Ruwat Sukerta ialah air embun. Tetesan embun pagi itu dikoleksi dari website Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan, serta dari Situs Tempuran di Kecamatan Puri, Mojokerto.
‘Air embun, anda ambil sesudah subuh, selama satu minggu lamanya guna menampung cucuran embun di website Sumur Upas dan Situs Tempuran, di situs tersebut ada prasasti Raja Terakhir Majapahit, Giri Swardana Dyah Surya Wikrama atau Bhre Wengker yang didarmakan di tempat tersebut, tempat tersebut juga dinamakan rumah semua raja,’ ungkapnya.
5. Air Ritual Desa Tempuran
Air suci lainnya berasal dari Sumber Tempur yang juga bertempat di Desa Tempuran, Kecamatan Puri. Sumber Tempur ini dirasakan suci karena menjadi pertemuan antara Sendang Wadon dengan Sumber Kates.
6. Air Sendang Dewi Kunti di Gunung Arjuna
Air suci ke enam ialah yang berasal dari air sendang. Air ini langsung kami ambil sendiri dari sumbernya yaitu Sendang Dewi Kunti di Gunung Arjuna Malang, lokasi ini konon pada jaman kuno dahalu kala ialah tempat semua Dewa berdoa, ‘jelasnya.
7. Sumber mata Air Trowulan
Sedangkan air suci ke 7 dipungut dari 7 sumber mata air di Trowulan. Antara beda dari Siti Inggil, Petirtaan Hayam Wuruk, Tribuwana Tungga Dewi, Makam Panjang, Putri Campa, Sumur Sakti Gajah Mada, dan mata air dari Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan.
‘Ketujuh air suci tersebut kami campur menjadi satu guna ritual Ruwat Sukerta ini. Tujuannya agar yang diruwat pada bulan Suro ini benar-benar bersih jiwanya,’ tandas Kadek.
Dari tahun ke tahun, Ruwat Sukerta yang rutin dilangsungkan setiap mula Bulan Suro di Pendopo Agung, Trowulan ini semakin diminati. Jika tahun kemudian jumlah peserta melulu 56 orang, kali ini peserta menjangkau 150 orang. Di samping dari Mojokerto sendiri, mereka datang dari sejumlah daerah. Mulai dari Jombang, Kediri, Nganjuk, Sidoarjo, sampai Surabaya.
Untuk mengekor ritual Ruwat Sukerta ini, peserta tak butuh membayar. Hanya saja, masing-masing peserta diharuskan membawa sehelai kain putih. Secara bergiliran, peserta mulai dari anak kecil sampai orang dewasa berbalut kain putih diguyur dengan air suci yang dibaur dengan kembang setaman. Setelah itu, sejumlah helai rambut peserta dicukur dan didoakan oleh seorang sesepuh Trowulan.
Lantas apa yang mendorong semua peserta mengekor ritual ini dan apa saja asa mereka?
‘Kebetulan saya anak tunggal, dalam adat Jawa mesti diruwat agar mendapat keselamatan dan tidak sedikit riski,’ kata Nandya Paramita (24), salah seorang peserta asal Surabaya.
Hal senada disebutkan Listyowati (36), asal Kecamatan Mojoagung, Jombang. Ibu satu anak ini menyatakan ikut Ruwat Sukerta karena merasa kerap merasakan hambatan dalam usahanya. ‘Semoga dengan ritual ini, usaha saya diberi kelancaran dan tidak sedikit riski,’ ujarnya.
Sesudah mengerjakan ritual siraman air kembang, prosesi Ruwat Sukerta dilanjutkan dengan pagelaran Wayang Kulit di dalam Pendopo Agung. Setelah acara berakhir, masing-masing peserta diharuskan melarung kain putih yang digunakan saat siraman ke Sungai Brantas atau sungai lainnya. Hal itu diandalkan konon sebagai tanda melepas nasib sial.
Gimana, Seru Bukan? Menapaki jejak kebudayaan negeri anda Indonesia tersayang ini, tidak sedikit hal-hal mengherankan dan menarik dari masing-masing adat khas masyarakat pribumi kepulauan yang pastinya belum anda ketahui semua. Untuk kamu yang asli penduduk Mojokerto tentu telah tidak asing dengan ritual mandi 7 air suci Majapahit yang dipercayai dan dipercaya dapat membuang kesialan hidup yang anda alami. Semoga informasi ini dapat meningkatkan wawasan pengetahuan anda.