KYAI HAJI AHMAD RIFA'I DAN KARYA SASTRA PERLAWANANNYA DENGAN BELANDA

Siapakah KH Ahmad Rifa’i?
KH Ahmad Rifa’i ialah salah seorang ulama yang pun mempunyai gelar sebagai pahlawan nasional. KH Rifa’i adalahsalah satu ulama tarekat Indonesia yang bermunculan di wilayah Kendal, Jawa Tengah. Beliau ialah anak dari pemuka agama ternama di Kendal mempunyai nama KH Muhammad Marhum Bin Abi Sujak. Namun sang ayah mesti meninggal dunia ketika usia kyai Rifa’i 6 tahun dan beliau pun dirawat oleh kakaknya.   

Dalam tuntunan sang kakak, beliau semakin rajin mempelajari ilmu agama bareng kakak iparnya yang adalahpengurus ponpes di Kaliwungu, Kiai As’ari. Setelah merasa ilmunya bertambah, ulama ini menyimpulkan untuk menyelenggarakan tabligh keliling di wilayah Kendal dan dikenal sebagai sosok kiai yang tegas dalam berdakwah.

KH Ahmad Rifa’i mulai dipantau oleh Belanda
Di samping berdakwah, sosok beliau pun dikenal memiliki kegemaran menulis guna menyuarakan kebebasan Indonesia dari tangan semua penjajah. Itulah lantas yang menciptakan Belanda mengawasinya. Sikap patriotik yang dipunyai pemuka agama berikut yang lantas membuatnya tidak jarang dipenjara dan diasingkan.   

 Namun sosok kiai ini memang ialah orang yang tak hendak dikekang, terbukti meskipun dalam pembuangan beliau sempat menegakkan pondok pesantren. Ponpes berikut yang menciptakan warga selama mulai sadar mengenai pentingnya edukasi agama dan arti perjuangan kemerdekaan.

Di samping berdakwah, beliau paling senang menulis
Banyak yang menyatakan bahwa Mbah Rifa’i ini pun sangat produktif dalam menghasilkan karya tulisan. Karya-karya beliau identik dengan pemakaian bahasa simpel dan mudah dicerna tanpa adanya pemakaian istilah-istilah Arab yang rumit. Ulama ini seringkali menulis karyanya dalam format puisi tembang Jawa, syair, dan semacamnya. Berdasarkan keterangan dari Yumi Sugahara, peneliti dari Universitas Tokyo, total buku yang ditulis Ahmad Rifa’i ialah 65 buah tanpa tergolong yang belum ditemukan.


tulisan kiai rifa’i [image source]
Tulisan Kiai Ahmad Rifa’i pun terkadang berisi bagian kritik dan protes terhadap pemerintah Hindia Belanda serta semua penghianat pribumi. Itulah yang lantas membuat kitab-kitabnya disita pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1859. Faktanya kitab-kitab itu sampai kini masih tersimpan di perpustakaan di antara universitas terkemuka Belanda, yakni Universitas Leiden. Ada selama 33 buku karya kiai ini ditemukan di sana.
Itulah tadi kisah tentang di antara pemuka agama islam di Indonesia yang sosoknya jarang diketahui oleh masyarakat luas. Dari kisah tersebut terlihat bahwa KH Ahmad Rifa’i telah dikenal hingga ke Belanda melewati kitab-kitabnya. Lalu, apakah buku tersebut bakal tetap tidak dipedulikan tersimpan menjadi koleksi Universitas Leiden?