SOSOK MPU SENDOK, PENDIRI MATARAM KUNO

Empu Sendok merupakan sosok menantu dari Raja Wawa yaitu Raja Mataram Kuno. Berawal dari permusuhan antara Mataram Kuno bersama Sriwijaya dari jaman Mataram Kuno dipimpin oleh Rakai Pikatan bersama Sriwijaya yang dipinpin oleh Balaputradewa. Perang berlanjut terhadap jaman Raja Wawa.


Pada jaman Wawa pernah mengirim pasukan untuk menyerang Sriwijaya dan sosok Empu Sendok merupakan sosok pemimpin prajurit didalam penyerangan tersebut. Petempuran selanjutnya sukses dimenangkan oleh Empu Sendok. Empu Sendok memperoleh penghargaan yaitu tanah perdikan di Anjung Landang.



Kerajaan Sriwijaya konsisten mengusahakan untuk menaklukan Mataram Kuno dan menjadikan kerajaan di Jawa sebagai kerajaan taklukan. Namun perihal itu sulit terwujud dan baru bisa terwujud terhadap jaman Darmawangsa. Kembali kecerita sosok Empu Sendok. Pada selagi berjalan peristiwa gunung Merapi meletus dan menghancurkan Kerajaan Mataram , Sosok Raja Wawa memberi tambahan mandat kepada Empu Sendok untuk memindahkan kerjaan Mataram. Oleh Empu Sendok dipindahkan kerajaan itu dan lantas Kerajaan Mataram Kuno ini dikenal sebagai Kerajaan Medang Kawulan Empu Sendok dinobatkan jadi Raja dan mendirikan Wangsa Isana. Wangsa baru yang jadi Wangsa yang menguasai Medang Kawulan. Dikutip dari nasionalisme.co ( 11/21/2016).

Kerajaan Medang Kawulan kadang-kadang termasuk tetap disebut sebagai Mataram Kuno gara-gara memang kerajaan ini merupakan Kerajaan hasil pindah wilayah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur jadi jangan heran jika tetap ada yang menyebut Mataram Kuno.

Empu Sendok meninggalkan beberapa prasasti layaknya Prasasti Turyan, Linggasutan, Gulung-Gulung, Cungkrang, Jru-Jru, Waharu, Sumbut, dan beberapa prasasti lainnya. Dalam perihal agama sosoknya merupakan memelihara toleransi agama dimana agama Hindu dan Budha bisa berdampingan bersama damai. Mengenai meninggalnya diperkirakan terhadap tahun 947 Masehi dimana dicandikan di Isanabajra atau dikenal termasuk bersama Isanabhawana.

Sumber bacaan:

Nasionalisme.co/kisah-empu-sendok-dan-tragedi-mataram-hindu/