SULUK GATHOLOCO,HAKIKAT PRIA DAN WANITA

Gatholoco, suluk karya sastra Jawa klasik, berbahasa Jawa baru, berbentuk puisi tembang macapat, bernafaskan Islam dan berisi doktrin tasawuf atau mistik. Isi teks mengisahkan perbincangan atau polemik antara Gatholoco dengan Dewi Perjiwati tentang hakikat pria-wanita, perilaku dalam asmaragama dan asal terjadinya embrio manusia.


Tokoh Gatholoco dicerminkan sebagai seorang anak raja Suksmawisesa dari kerajaan Jajarginawe yang berparas jelek sekali. Ia mempunya seorang hamba yang paling setia, mempunyai nama Darmagandhul yang tidak kalah jeleknya dari dirinya. Gatholoco diajak bertapa oleh ayahnya supaya ia menjadi orang yang paling pandai berdebat, pandai tulis-menulis, dan pandai berhitung tanpa guru. Kelak ia bakal mendapat lawan tangguh dalam berdebat tentang kawruh kasunyatan “Ilmu Sejati” yang mempunyai nama Dewi Perwijati.

Diceritakan mengenai tiga orang guru mengaji, yakni Abduljabar, Abdulmanab, Abdulgharib. Ketiganya amat lancar dalam menyimak Al Quran, Fikih dan Nahwu. Mereka berjumpa dengan Gatholoco dalam perjalanan sewaktu menggali lawan berdebat mengenai ilmu yang dikuasinya. Terjadilah polemik antara ketiga guru mengaji itu dengan Gatholoco. Perdebatan mencakup tentang makna orang yang mempunyai ilmu, haram, atau najis dan makna halal. Gatholoco memenangkan polemik dan akhirnya menyuruh mereka berteka-teki.

Teka-teki Gatholoco tentang : wayang, dalang, blencong, dan kelir. Dari keempat tersebut manakah yang lebih tua ? polemik dimenangkan oleh Gatholoco. Ia menerangkan pun tentang esensi : wayang, dalang, kelir, blencong dan gamelan. Ketiga guru mengaji tersebut akhirnya meninggalkan Gatholoco dan mengarah ke Cepekan. Di Cepekan ada tiga orang guru mengaji, yakni : Kasan Mustahal, Kasan Besari, dan Ki Duljalal. Mereka ini ditemui oleh ketiga ketiga orang guru mengaji yang kalah berdebat dengan Gatholoco. Mereka mengisahkan tentang kekalahan dalam perdebatan. Gatholoco ditelusuri dan diajaknya ke Pondok Cepekan untuk disuruh berdebat mengenai ilmu sejati. Perdebatan antara Gatholoco dengan ketiga orang guru mengaji di Pondok Cepekan berlanjut. Akhirnya dimenangkan oleh Gatholoco, sebab mereka kalah, maka diusirlah Gatholoco dari pondok tersebut. Pada awalnya Gatholoco tidak inginkan pergi bila tidak diberi uang. Akhirnya, ia meninggalkan pondok itu untuk melanjutkan pengembaraannya.

Perjalanan Gatholoco hingga di gunung Endragiri dan bertemu dengan seorang pertapa yang mempunyai nama Dewi Perjiwati yang di dampingi oleh semua emban dan cantriknya. Sebelum bertemu dengan Dewi Perjiwati darurat harus menghadapi semua emban dan cantriknya yang mendampinginya. Para emban dan cantrik tersebut menyerahkan teka-teki untuk dibalas oleh Gatholoco.

Ternyata teka-teki yang diserahkan dapat dibalas oleh Gatholoco dengan baik, lantas Gatholoco bisa bertemu dengan Dewi Perjiwati, maka terjadilah tanya jawab. Pertanyaan yang dikemukakan oleh Dewi Perjiwati ialah tentang makna kalimah Sahadat, makna pria-wanita dan suaimi istr. Apabila Gatholoco dapat memprediksi dengan betul maka sebagai imbalannya ialah Dewi Perjiwati mau menjadi istrinya. Ternyata Gatholoco bisa memenangkan polemik tersebut sampai-sampai Dewi Perjiwati darurat mau menjadi istri Gatholoco walaupun dengan berat hati. Para emban dan cantrik menyerahkan saran supaya Gatholoco diajaknya masuk ke gua, sesudah sampai di dalamnya maka pintu gua segera ditutup.

Darmagandhul, hamba setia Gatholoco memperingatkan namun tidak dihiraukan , ia merasakan pingsan di dalam gua. Setelah hingga diluar ia baru sadar bahwa sudah terjebak oleh tipu Dewi Perjiwati. Karena merasa terjebak, maka Gatholoco merasa malu, kesudahannya ia masuk kembali hendak berperang dengan Dewi Perjiwati. Keduanya ternyara sama-sama digdaya dan tidak terdapat yang menyerah. Tidak lama lantas lahirlah seorang bayi dari rahim Dewi Perjiwati, baik Dewi Perjiwati maupun Gatholoco paling sayang menyaksikan anak tersebut. Ia bertanya untuk Dewi Perjiwati, sebenarnya anak siapakah bayi tersebut ? dijawabnya. Ia ialah anak dari Gatholoco sendiri. Anak tersebut besok diberi doktrin tentang rukun Islam.



“Gatholoco bukannya anti Islam,

melainkan menggugat ketaktuntasan pemahaman terhadap Islam.”