FAKTA DIBALIK DASHYATNYA PERANG 10 NOVEMBER,AREK AREK SUROBOYO

Ketika Arek-Arek Suroboyo Berhasil Bikin Pasukan Elit Inggris Nangis
Brigade 49 Divisi V ialah salah satu pasukan yang diangkut Inggris ke Surabaya pada peperangan 10 November. Pasukan ini bukanlah yang biasa tetapi level elit dengan keterampilan yang mematikan. Sejarah menulis Brigade berikut yang menciptakan Inggris unggul di tidak sedikit peperangan. Namun, lucunya, sang pasukan elit ini justeru tak berdaya di Surabaya.


Ya, terdapat sebuah kisah yang mengatakan andai Brigade 49 ini nyaris benar-benar takluk oleh arek-arek Suroboyo. Padahal, dari tidak sedikit sisi pasukan elit ini menang telak, baik keterampilan maupun persenjataan. Namun, aksi-aksi hebat dan nekat pejuang kita menciptakan mereka tak tahan lagi. Dikatakan bila Brigade ini meraung-raung meminta tolong untuk pusat yang terdapat di Jakarta supaya serangan terhadap mereka dihentikan.

Inggris Ternyata Kehilangan Dua Jendral
Seperti yang anda tahu, dalam pertempuran 10 November, semua pejuang Surabaya sukses menewaskan di antara jenderal besar Inggris yang mempunyai nama Aubertin Walter Sothern Mallaby. Ini ialah prestasi besar yang buat muka Inggris laksana diludahi. Ya, kehilangan jenderal dalam suatu peperangan ialah hal yang paling memalukan.


Selama ini yang anda tahu melulu Mallaby jenderal Inggris yang tewas. Namun, ternyata terdapat satu lagi petinggi militer negara tersebut yang pun mati dalam pertempuran ini. Namanya ialah Robert Guy Loder Symonds. Kematian dua jenderal besar ini jadi bukti tak terbantahkan tentang kedahsyatan arek-arek Suroboyo.

Ketika Semua Orang Berjuang, Tak Peduli Perbedaan
Isu-isu mengenai perbedaan ras dan agama belakangan seolah memecah bangsa ini. Ya, lihat sendiri kan orang-orang seolah terbagi-bagi menjadi kubu tertentu untuk lantas saling berdebat mengenai argumennya sendiri-sendiri. Kita mestinya malu dengan arek-arek Suroboyo sebab ketika peperangan 10 November terjadi, semuanya bersatu dan tak peduli meskipun terdapat perbedaan.

Ya, dalam pertempuran ini seluruh orang ikut ambil bagian. Mulai dari santri, orang-orang Tionghoa, dan seluruh lapisan masyarakat. Satunya berteriak takbir, satunya lagi berdoa untuk Yesus atau Budha, yang semacam ini ialah pemandangan biasa kala itu. Tidak terdapat yang mengherankan karena semuanya berusaha dengan destinasi yang sama.
Butuh Usaha Mati-Matian Untuk Sekutu guna Menguasai Surabaya
Sebagai pemenang Perang Dunia II, ialah hal yang paling remeh dan gampang untuk menguasai suatu kota kecil. Tinggal turunkan sejumlah tentara, tentu sudah beres. Memang barangkali akan laksana itu, tapi beda hal bila kota yang dimaksud ialah Surabaya. Ya, perlu lebih dari usaha untuk dapat menaklukkan kota ini.

Percaya atau tidak, untuk sekutu yang hebat dan jemawa tersebut mereka perlu 3 minggu untuk dapat menguasai Surabaya. Ini ialah waktu yang terlampau lama untuk pasukan sehebat mereka guna menguasai suatu kota kecil. Bahkan untuk dapat menaklukkan Surabaya, terlebih dulu sekutu mesti kehilangan dua jenderal dan pun sekompi pasukan elit mereka yang menangis ketakutan.

Dari barisan fakta ini, barangkali sudah dapat kita bayangkan kejadian di tanggal 10 November 1945 itu. Di satu sisi paling mencekam sebab begitu dekat kematian, namun di sisi lain justeru membawa kesukaan sendiri. Ya, berusaha demi bangsa dengan tanpa memandang perbedaan yang terdapat dan sanggup menciptakan musuh terkaget-kaget, pasti hal ini paling membanggakan dan menyenangkan untuk para pejuang. Mungkin saja, saat berperang mereka mengerjakan sambil mengembangkan senyum kebanggaan.