Mbah Bani Saksi Hidup Karomah Ndoro Yik Jepara

Habib Shodiq bin Abdul Qadir bin Zen Al Aydrus atau yang dikenal dengan sebutan Ndoro Yik Nde, semasa hidup banyak meninggalkan bekas teladan dan keramat.

Meski sudah wafat 74 tahun lalu, makam Yik Nde yang ada di Jl. Raya Kudus Jepara (300 meter Barat Bangjo Gotri, Jepara), masih sering diziarahi muslimin.

Salah satu saksi hidup atas keramat Yik Nde adalah Mbah Hasbani, kakek berumur 128 tahun asli Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara. Kepada Dutaislam.com, Mbah Bani mengaku pernah sezaman (Jawa: menangi) dengan Ndoro Yik Nde.

"Saya waktu itu sudah joko (usia muda)," kata Mbah Bani, Jumat (13/10/2018) di sela-sela dia ngobrol dan rokokan di Dongos, Kedung, jepara. 

Menurut Mbah Bani, Habib Shodiq Al Aydrus itu tidak kenal hitungan uang. Hanya orang mati yang menurut Yik Nde kenal dengan duit. "Duit saja tidak tahu karena Yik Nde memang tidak butuh. Apalagi perempuan," terangnya, kagum.

Uang, bagi Yik Nde adalah perkara yang kotor (Jawa: jember). Lambang yang selalu ditampakkan adalah kotoran manusia (tahi). Jika Yik Nde datang ke rumah seseorang, lalu berak di teras rumah hingga berkali-kali, dia akan kaya. 

Dan hal itu banyak terbukti secara oral diceritakan masyarakat sekitar Kriyan dan Jepara pada umumnya.

"Dulu Yik Nde pernah ngising(berak) di jogan (teras) rumah ayah saya. Ya alhamdulillah ayah saya memang kaya di zamannya," papar Mbah Bani 
Di mimpi pun, imbuh Mbah Bani, jika kita sedang melihat kotoran manusia, esoknya rejeki datang tiba-tiba, rejeki muser-muser.

"Makanya Yik Nde betul, rejeki itu sama dengan tahi manusia, jember, kotor," terang Mbah Bani sambil menyitir QS. Ali Imran: 185; wamal hayatud dunya illa mata'ul ghurur(kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan/menipu).

Tapi hal itu bukan berarti melawan takdir Allah SWT. tentang adanya kepastian jatah rejeki tiap manusia.

Yik Nde dengan "beraknya", lanjut Mbah Bani, hanya tanda dan perantara bahwa orang yang rumahnya dibuat toilet memang mendapatkan jatah rejeki sugeh dari Allah.

"Yang membuat sugeh jelas bukan Yik Nde. Rejeki itu pasti, sebagaimana pastinya jatah umur tiap manusia. Rejeki dan umur itu sekawan. Kalau rejekinya habis, dia mati. 

Saya bisa hidup sampai umur lebih dari 100 tahun itu karena masih ada rejeki yang dijatah oleh Allah kepada saya. Tapi tidak tahu, masih banyak atau sedikit," tandas Mbah Bani, meneruskan kopi suguhan di depannya.

Mengapa rejeki itu pasti (sesuai qodlo' qadar Allah)? Mbah Bani menjawab, jika tidak pasti, berarti Allah main-main, "Gusti Allah lenca-lence (plin-plan) jika ada orang sudah diqodlo' miskin kok malah jadi kaya. 

Kalau orang sudah dijatah miskin, lalu dia dapat banyak harta, disimpan sampai kapanpun akan hilang. Entah untuk berobat, bayar hutang anak, terkena kasus hukum atau lainnya," tegasnya.

Yang salah adalah menuruti nafsu ingin menjadi kaya hingga harus bekerjasama dengan setan (pesugihan). Padahal, Allah SWT. itu sebetulnya sudah memberi standar pasti atas rejeki dan umur manusia serta hal-hal lainnya.

"Innallaha balighu amrihi qad ja’alaAllahu likulli syai'in qadra(sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah pun telah menentukan kadar bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu). Termasuk rejekimu, mas," ujar Mbah Bani menyitir QS. At-Talaq, ayat: 3, yang biasa disebut orang-orang sebagai ayat seribu dinar.

Karena itulah, Yik Nde, kata Mbah Bani, mengibaratkan orang yang bernafsu dunia sebagai mayat hidup. "Badannya jalan, tapi mati hatinya karena terlena dan terperdaya. 

Yik Ndek itu paling suka tilik (jenguk) orang mati mas. Terutama yang mati di pasar-pasar itu loh," terang Mbah Bani.